Diantara prinsip yang telah mantap tertancap dikalangan
salafiyah ahlussunnah wal jama’ah adalah membantah orang-orang yang
menyelisihi. Bahkan mereka memandang hal ini sebagai bentuk amar ma’ruf nahi
munkar dan juga nasehat dan ini ditunjukan oleh al qur’an as sunnah dan ijma’
Allah perintahkan dalam al-qur’an
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(١٠٤)
dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar[1]; merekalah orang-orang yang beruntung.( Qs ali Imran 104 )
Dan tidak adanya bentuk amar ma’ruf nahi mungkar merupakan sebuah
bencana pada suatu umat
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ
عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
(٧٨)كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
(٧٩)
telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan
Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas. 79. mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan
Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu. ( Qs al Ma’idah 78-79 )
Maka dari itu ahlussunnah sangat menyadari akan pentingnya membantah
penyimpangan dan penyelisihan terhadap agama. Prinsip ini diselisihi oleh
kalangan ahlul bi’dah dan para pengekor hawa nafsu.
Syaikh Dr Abdussalam assuhaimi berkata:
Sesungguhnya termasuk hal yang telah
kokoh di sisi para imam salaf rahimahumullah: adalah membantah orang-orang yang
menyelisihi ( agama ), sama saja apakah yang menyelisihi itu dari kalangan
ahlussunnah wal jama’ah ( menyelisihi dalam hal fiqhiyyah atau pun aqdiyyah (
aqidah ), atau yang menyelisihi adalah kalangan ahlul bid’ah
Dalam permasalahan ini telah ditulis sebuah kitab yang sangat bagus
dalam pembahasannya, kitab tersebut adalah “ Manhaju ahlissunnah wal jama’ah fi
naqdi arrijal wa alkutub wa at thowa’if “ Metode ahlussunnah wal jama’ah dalam
hal menkritik seseorang, kitab maupun kelompok/organisasi Karya Syaikh Al ‘Allamah
Prof Dr Robi’ Bin Hadi
Dari sini diketahui bahwa yang di bantah dari orang-orang yang
menyelisihi agama atau salah adalah kalangan ahlussunnah dan non ahlussunnah.
Hal ini karena biarpun ahlussunnah adalah
kelompok yang benar dari tujuh puluh tiga golongan sempalan islam, tetapi bukan
suatu yang tidak mungkin terjadi kesalahan pada person person individu nya
dalam hal aqidah maupun amal, dan hal ini nyata, maka perlu untuk dibantah dan
diluruskan serta diingatkan manusia dari kesalahan tersebut. Adapun terkait dengan ahlul bid’ah maka tidak
diragukan lagi bahwa mereka itu suatu kaum yang sangat banyak penyelisihannya
terhadap agama baik dalam hal aqidah maupun amal, maka darinya perlu untuk
dibantah dan diingatkan manusia dari kesalahannya dan dari si ahlul bid’ah itu
sendiri.
Cukup menyebut kesalahannya
ataukah juga disebut nama person yang salah itu?
Hal ini telah dibahas oleh para ulama ahlussunnah, dan di negeri ini
yang cukup indah mengutarakan permasalahan ini adalah Ustadz Abdullah Zaen MA (
Alumni S2 Universitas Islam Madinah Arab Saudi ) dalam buku beliau 14 Contoh
Hikmah dalam berdakwah, Silahkan membaca buku tersebut
Kesimpulannya Bahwa Hukum asalnya seseorang itu cukup menyebut
kesalahannya saja, Seperti dikatakan: Perkara demikian ini salah dan menyimpang
dari banyak sisi, 1......, 2........, 3........dan seterusnya, Siapa yang
memandangnya benar sungguh telah keliru dan tidak perlu di dengar ucapan
semacam ini darinya
Hanya saja pada kondisi tertentu dituntut untuk menyebutkan nama person
yang salah itu, bahkan kadang di sukai dan mungkin bisa menjadi wajib.
Sebagaimana terkadang hal ini menjadi terlarang, dibenci bahkan haram pada
suatu kondisi.
Seperti hal nya bila yang keliru dan menyelisihi itu adalah seorang da’i
atau ulama ahlussunnah di tengah masyarakat negara yang di dominasi bid’ah dan
kesesatan, bahkan negara pun di kuasai oleh para tokoh bid’ah. Dalam keadaan
seperti ini cukup disebut kesalahannya, karena bila di sebut nama orang yang
salah tersebut yang mana dia adalah da’i yang terkenal membela sunnah maka akan
timbul fitnah yang besar terhadap dakwah ahlussunnah di negeri tersebut.
Seperti ucapan “ Ahlussunnah satu sama lain saling menyalahkan...! “, Sebuah
ucapan untuk memprovokasi masyarakat agar tidak mengikuti dakwah ahlussunnah.
Tokoh tokoh ahlul bid’ah memanfaatkan situasi ini untuk mengesankan buruknya
dakwah ini yang mana kalau ditelusuri sumbernya adalah kearoganan dan ketidak
hikmahan atau kalau boleh dibilang kejahilan dalam hal membantah sesama
ahlussunnah yang keliru. Yang lebih parah lagi adalah bantahan yang diikuti
dengan tahdzir ( peringatan )kepada manusia untuk menjauhi si da’i itu ( bukan hanya pada substansi
kesalahannya ) serta hajr atau boikot dan yang terparah adalah vonis
keluar dari barisan ahlussunnah tabdi’
, padahal kesalahannya sebenarnya bukan suatu kesalah yang mengharuskan adanya
vonis tersebut ( tabdi’ ).
Bolehkah muwazanah ketika
membantah orang yang menyelisih agama atau orang yang salah?
Yang di maksud muwazanah adalah: Menyebutkan kebaikan dan sisi kebenaran
pada seseorang atau suatu kelompok yang sedang di bantah.
Seperti ucapan: Si fulan Keliru dan parah kekeliruannya...!, tetapi dia
punya sekian kebenaran dan kebaikan....
Jawab untuk hal ini perlu di rinci.
Sebagaimana di ketahui bahwa yang melakukan kesalahan dan penyelisihan
ada dua
1. Dari kalangan
Ahlussunnah dan 2. Dari kalangan Non ahlussunnah
Adapun bila yang keliru itu ahlussunnah maka disebutkan
kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenarannya
Syaikh Dr Shalih Al fauzan berkata: “ Akan tetapi bila yang di kritik
itu adalah ahlussunnah wal jama’ah, sementara kesalahannya adalah kesalahan
yang tidak menghilangkan aqidahnya maka dia disebutkan
keistimewaan-keistimewaannya, sementara kebaikan-kebaikannya menenggelamkan ke
salahan-kesalahannya karena jasa dia menolong sunnah ( syari’at rasulullah ).
Hal ini karena maksud membantah kesalahan sebagian ahlussunnah adalah
bantahan terhadap kesalahan nya agar kaum muslimin berhati-hati dari
kesaalahannya, bukan maksudnya menjauhkan kaum muslimin dari si da’i
ahlussunnah itu. Maka perlu dibedakan memperingatkan kesalahan dan
memperingatkan dari orangnya
Adapun bila yang keliru itu adalah pelaku bid’ah dan kesesatan maka
tidak boleh kita menyebut kebaikaan-kebaikannya dan kebenaranya
Syaikh Dr Shalih Al fauzan berkata: Adapun bila yang di keritik itu pelaku kesesatan
tidak boleh kita menyebut kebaikan-kebaikannya
Hal ini karena maksud membantah kesalahan pelaku kesesatan adalah
membantah kesalahannya serta memperingatkan manusia dari kesalahan tersebut
sekaligus menjauhkan umat dari si pelaku kesesatan ini
Maka dari itu hendaknya seseotrang itu pandai dalam hal memantah, tidak
hanya pandai menyusun bantahan. Sebagian orang bisa jadi substansi bantahannya
terhadap ahlussunnah yang lain adalah benar, tetapi justru perbuatannya itu
memperkeruh suasana dan membahayakan dakwah itu sendiri.
Hal ini karena kearoganan dia atau kejahilan dia dalam hal bantah
membantah kesalahan diantara ahlussunnah.
Pada masa ini terdapat bencana yang besar yang ditimbulkan oleh para “pahlawan”
kesiangan yang sok membantah dan “menguliti” kesalahan sebagian dari ahlussunnah denagan tanpa etika, dia tidak
berpikir dimasa apa dia hidup, di negeri mana dia tinggal?!. Perbuatannya di
manfaatkan oleh para ahlul bid’ah untuk menjelekan dakwah. Mereka mengatakan:
Ahlussunnah terpecah, mereka saling menyalahkan, membantah bahkan saling memperingatkan
untuk menjauhi satu sama lain dan saling memvonis sebagai ahlul bid’ah...
Sekiranya metode kritik dan membantah sesama ahlussunnah sesuai tuntunan
ulama diterapkan niscaya tidak akan terjadi gejolak di tengah dakwah. Tetapi
munculnya orang orang jahil ( baca: bodoh ) atau orang-orang yang punya maksud
buruk senantiasa menjadi sebab gejolak dakwah .
Allahu ta’ala a’lam
Semoga bermanfaat
Rujukan: Kun salafiyan ‘alal
jaddah karya Syaikh Dr Abdussalam assuhaimi
[1]
Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar
ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar