Minggu, 03 Februari 2013

Maulud Nabi dalam Tinjauan Sejarah Oleh: Ustadz Ammi Nur Baits ( Alumni Madinah International University, Jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh )



Tanggal 12 Rabi’ul Awal telah menjadi salah satu hari istimewa bagi sebagian kaum muslimin. Hari ini dianggap sebagai hari kelahiran Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah penyempurna, Nabi agung Muhammad shallallahu alaihi wa ‘alaa alihi wa sahbihi wa sallam. Perayaan dengan berbagai acara dari mulai pengajian dan dzikir jamaah sampai permainan dan perlombaan digelar untuk memeriahkan peringatan hari yang dianggap istimewa ini. Bahkan ada di antara kelompok thariqot yang memperingati maulid dengan dzikir dan syair-syair yang isinya pujian-pujian berlebihan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Yang paling ekstrim, diantara mereka ada yang meyakini bahwa ruh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mulia akan datang di puncak acara maulid. Pada saat puncak acara itulah, sang pemimpin thariqot tersebut memberikan komando kepada peserta dzikir untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatangan ruh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang hanya diketahui oleh pemimpin thariqot.

Itulah salah satu sisi kelam adanya peringatan maulid, yang sejatinya bukan ajaran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. selanjutnya, kita berpindah tinjauan sejarah untuk maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.
Kapankah Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam Dilahirkan?
Pada hakikatnya para ahli sejarah berselisih pendapat dalam menentukan sejarah kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, terutama yang terkait dengan bulan, tanggal, hari, dan tempat di mana Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dilahirkan.
Pertama: Bulan kelahiran
Pendapat yang paling masyhur, beliau dilahirkan di bulan Rabi’ul Awal. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama. Bahkan dikatakan oleh Ibnul Jauzi sebagai kesepakatan ulama. Klaim ijma’ ini tidak benar. Karena banyak pendapat lain yang menegaskan di luar Rabi’ul Awal.
Diantara pendapat lainnya, beliau dilahirkan di bulan Safar, Rabi’ul Akhir, dan bahkan ada yang berpendapat beliau dilahirkan di bulan Muharram tanggal 10 (hari Asyura). Kemudian sebagian yang lain berpendapat bahwa beliau lahir di bulan Ramadlan. Karena bulan Ramadlan adalah bulan di mana beliau mendapatkan wahyu pertama kali dan diangkat sebagai nabi. Pendapat ini bertujuan untuk menggenapkan hitungan 40 tahun usia beliau shallallahu ‘alahi wa sallam ketika beliau diangkat sebagai nabi. Sebagaimana keterangan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس بالطويل البائن ولا بالقصير … بعثه الله تعالى على رأس أربعين سنة فأقام بمكة عشر سنين
“Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tidak terlalu tingi dan tidak pendek….. Allah mengutusnya di awal usia 40 tahun. Kemudian tinggal di Mekah selama 10 tahun.” (HR. Bukhari & Muslim).
Kedua: Tanggal kelahiran
Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Kemudian beliau menjawab: “Hari senin adalah hari dimana aku dilahirkan dan peryama kali aku mendapat wahyu.” Akan tetapi para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal berapa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dilahirkan. Di antara pendapat yang disampaikan adalah: Hari senin Rabi’ul Awal (tanpa ditentukan tanggalnya), tanggal 2 Rabi’ul Awal, tanggal 8, 10, 12, 17 Rabiul Awal, dan 8 hari sebelum habisnya bulan Rabi’ul Awal.
Pendapat yang lebih kuat
Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al-Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya, disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabi’ul Awal. (ar-Rahiqum al-Makhtum, al-Mubarakfuri).
Tanggal Wafatnya Beliau
Para ulama ahli sejarah menyatakan bahwa beliau meninggal pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H dalam usia 63 tahun lebih empat hari. (ar-Rahiqum al-Makhtum, al-Mubarakfuri).
Satu catatan penting yang perlu kita perhatikan dari dua kenyataan sejarah di atas. Antara penentuan tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan tanggal wafatnya beliau shallallahu ‘alahi wa sallam. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para ulama tidak banyak memberikan perhatian terhadap tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Karena penentuan kapan beliau dilahirkan sama sekali tidak terkait dengan hukum syari’at.
Beliau dilahirkan tidak langsung menjadi nabi, dan belum ada wahyu yang turun di saat beliau dilahirkan. Beliau baru diutus sebagai seorang nabi di usia 40 tahun lebih 6 bulan. Hal ini berbeda dengan hari wafatnya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seolah para ulama sepakat bahwa hari wafatnya beliau adalah tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Hal ini karena wafatnya beliau berhubungan dengan hukum syari’at. Wafatnya beliau merupakan batas berakhirnya wahyu Allah yang turun. Sehingga tidak ada lagi hukum baru yang muncul setelah wafatnya beliau shallallahu ‘alahi wa sallam.
Sehingga ada satu pertanyaan yang layak kita renungkan, tanggal 12 Rabi’ul Awal itu lebih dekat sebagai tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ataukah tanggal wafatnya Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam?? Melihat pendekatan ahli sejarah di atas, tanggal 12 Rabi’ul Awal lebih dekat dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Dalam masalah tanggal kelahiran, para ulama ahli sejarah berselisih pendapat, sementara dalam masalah wafatnya penulis ar-Rahiqum al-Makhutm tidak menyebutkan adanya perselisihan.
Memahami hal ini, setidaknya kita bisa renungkan, tanggal 12 Rabi’ul Awal yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam pada hakikatnya lebih dekat pada peringatan hari wafatnya Nabi yang mulia Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam dibanding peringatan hari kelahiran beliau.
Dengan membaca ini, barangkali anda akan teringat dengan sikap kaum nasrani terhadap nabi Isa ‘alahis salam. Mereka menetapkan tanggal 25 Desember sebagai peringatan kelahiran Isa. Mereka beranggapan bahwa itu adalah tanggal kelahiran Yesus. Padahal sejarah membuktikan bahwa Yesus tidak mungkin dilahirkan di bulan Desember. Karena mereka sendiri-pun pada hakikatnya tidak memiliki bukti yang nyata tentang natalan (peringatan kelahiran nabi Isa). Tidak dari sejarah, tidak pula dari kitabnya.
Sejarah Munculnya Peringatan Maulid
Disebutkan para ahli sejarah bahwa kelompok yang pertama kali mengadakan maulid adalah kelompok Bathiniyah, yang mereka menamakan dirinya sebagai bani Fatimiyah dan mengaku sebagai keturunan Ahli Bait (keturunan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam). Disebutkan bahwa kelompok batiniyah memiliki 6 peringatan maulid, yaitu maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, maulid Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, maulid Fatimah, maulid Hasan, maulid Husain dan maulid penguasa mereka. Daulah Bathiniyah ini baru berkuasa pada awal abad ke-4 H. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam baru muncul di zaman belakangan, setelah berakhirnya massa tiga abad yang paling utama dalam umat ini (al quruun al mufadholah). Artinya peringatan maulid ini belum pernah ada di zaman Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat, tabi’in dan para Tabi’ tabi’in. Al Hafid As Sakhawi mengatakan: “Peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam belum pernah dinukil dari seorangpun ulama generasi terdahulu yang termasuk dalam tiga generasi utama dalam Islam. Namun peringatan ini terjadi setelah masa itu.”
Pada hakikatnya, tujuan utama daulah ini mengadakan peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dalam rangka menyebarkan aqidah dan kesesatan mereka. Mereka mengambil simpati kaum muslimin dengan kedok cinta ahli bait Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. (Dhahiratul Ihtifal bil Maulid an-Nabawi karya Abdul Karim al-Hamdan)
Siapakah Bani Fatimiyah
Bani Fatimiyah adalah sekelompok orang Syi’ah pengikut Ubaid bin Maimun al-Qoddah. Mereka menyebut dirinya sebagai bani Fatimiyah karena menganggap bahwa pemimpin mereka adalah keturunan Fatimah putri Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Meskipun aslinya ini adalah pengakuan dusta. Nama yang lebih layak untuk mereka adalah Bani Ubaidiyah bukan Bani Fatimiyah. Kelompok ini memiliki paham Syi’ah yang menentang ahlu sunnah, dari sejak didirikan sampai masa keruntuhannya. Berkuasa di benua Afrika bagian utara selama kurang lebih dua abad. Dimulai sejak keberhasilan mereka dalam meruntuhkan daulah Bani Rustum tahun 297 H dan diakhiri dengan keruntuhan mereka di tangan daulah Salahudin al-Ayyubi pada tahun 564 H. (ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
Daulah Fatimiyah ini memiliki hubungan erat dengan kelompok Syi’ah al-Qaramithah Bathiniyah. Perlu diketahui bahwa Kelompok al-Qaramithah Bathiniyah ini memiliki keyakinan yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Diantaranya mereka hendak menghilangkan syariat haji dalam agama Islam. Oleh karena itu, pada musim haji tahun 317 H kelompok ini melakukan kekacauan di tanah haram dengan membantai para jamaah haji, merobek-robek kain penutup pintu ka’bah, dan merampas hajar aswad serta menyimpannya di daerahnya selama 22 tahun. (al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibn Katsir, 11:252).
Siapakah Abu Ubaid al-Qoddah
Nama aslinya Ubaidillah bin Maimun, kunyahnya Abu Muhammad. Digelari dengan al-Qoddah yang artinya mencolok, karena orang ini suka memakai celak sehingga matanya kelihatan mencolok. Pada asalnya dia adalah orang yahudi yang membenci Islam dan hendak menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Dia menanamkan aqidah batiniyah. Dimana setiap ayat Alquran itu memiliki makna batin yang hanya diketahui oleh orang-orang khusus diantara kelompok mereka. Maka dia merusak ajaran Islam dengan alasan adanya wahyu batin yang dia terima dan tidak diketahui oleh orang lain. (al-Ghazwu al-Fikr dan ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
Dia adalah pendiri dan sekaligus orang yang pertama kali memimpin bani Fatimiyah. Pengikutnya menggelarinya dengan al-Mahdi al-Muntadhor (al-Mahdi yang dinantikan kedatangannya). Berasal dari Iraq dan dilahirkan di daerah Kufah pada tahun 206 H. Dirinya mengaku sebagai keturunan salah satu ahli bait Ismail bin Ja’far ash-Shadiq melalui pernikahan rohani (nikah non fisik). Namun kaum muslimin di daerah Maghrib mengingkari pengakuan nasabnya. Yang benar dia adalah keturunan Said bin Ahmad al-Qoddah. Dan terkadang orang ini mengaku sebagai pelayan Muhammad bin Ja’far ash-Shodiq. Semua ini dia lakukan dalam rangka menarik perhatian manusia dan mencari simpati umat. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak diantara orang-orang bodoh daerah afrika yang membenarkan dirinya dan menjadikannya sebagai pemimpin. (al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibn Katsir & ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
Sikap Para Ulama Terhadap Bani Ubaidiyah (Fatimiyah)
Para ulama ahlus sunnah telah menegaskan status kafirnya bani ini. Karena aqidah mereka yang menyimpang. Para ulama menegaskan tidak boleh bermakmum di belakang mereka, tidak boleh menshalati jenazah mereka, tidak boleh adanya hubungan saling mewarisi di antara mereka, tidak boleh menikah dengan mereka, dan sikap-sikap lainnya sebagaimana yang selayaknya diberikan kepada orang kafir. Diantara ulama Ahlus Sunnah yang sezaman dengan mereka dan secara tegas menyatakan kekafiran mereka adalah Syaikh Abu Ishaq as-Siba’i. Bahkan beliau mengajak untuk memerangi mereka. Syaikh Al Faqih Abu Bakr bin Abdur Rahman al-Khoulani menceritakan:
“Syaikh Abu Ishaq bersama para ulama lainnya pernah ikut memerangi bani Aduwillah (Bani Ubaidiyah) bersama bersama Abu Yazid. Beliau memberikan ceramah di hadapan tentara Abu Yazid: ‘Mereka mengaku ahli kiblat padahal bukan ahli kiblat, maka kita wajib bersama pasukan ini yang merupakan ahli kiblat untuk memerangi orang yang bukan ahli kiblat (yaitu Bani Ubaidiyah)…’”
Diantara ulama yang ikut berperang melawan Bani Ubaidiyah adalah Abul Arab bin Tamim, Abu Abdil Malik Marwan bin Nashruwan, Abu Ishaq As Siba’i, Abul Fadl, dan Abu Sulaiman Rabi’ al-Qotthan. (ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
Setelah kita memahami hakikat peringatan maulid yang sejatinya digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan aqidah kekafiran bani Ubaidiyah. Itu artinya, peringatan maulid yang dianggap sebagai syiar, sejatinya syiar aliran syiah dan bukan syiar Islam.
Sebagai kaum muslimin yang membenci Syi’ah, apalagi yang beralran ekstrim seperti bathiniyah, tidak selayaknya melestarikan syi’ar yang merupakan bagian dari ajaran pokok mereka.
Apakah peringatan maulid bukti cinta kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam?
Anda tentu meyakini, orang yang paling mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah keluarga beliau dan para sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Sementara di awal kita telah sepakat, peringatan ini belum pernah ada di zaman sahabat maupun tabi’in, bahkan tabi’ tabi’in. Abu Bakr ash-Shiddiq tidak pernah merayakan maulid, Umar juga tidak pernah, Utsman juga tidak merayakan maulid, demikian pula Ali bin Abi Thalib. Hasan dan Husain, cucu kesayangan beliau juga tidak pernah merayakan maulid. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para ulama pelopor Islam lainnya, tidak tercatat dalam sejarah bahwa mereka merayakan peringatan maulid. Akankah kita katakan mereka tidak mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.
Seorang penyair mengatakan:
لو كنت صادقا في حبه لأطعته *** إن المــحب لمن يحـب مطيـع
Jika cintamu jujur tentu engkau akan mentaatinya…
karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai…
Cinta yang sejati bukanlah dengan merayakan hari kelahiran seseorang… namun cinta yang sejati adalah dibuktikan dengan ketaatan kepada orang yang dicintai. Dan bagian dari ketaatan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak beliau ajarkan.
Wallahu Waliyyut Taufiq
Sumber: http://www.konsultasisyariah.com/peringatan-maulud-nabi/#axzz2Jqvlx5cu

41 komentar:

  1. "̮ ƗƗɐƗƗɐ...ƗƗɐƗƗɐ...ƗƗɐƗƗɐ "̮
    Suka2 ustadz aj dah
    Masing2 punya pendapat
    Ya kan ustadz

    BalasHapus
  2. Wah...ustadz wahabi nih


    Saling menghormati...dibawa debat jga wahabi gak bakalan menang.

    BalasHapus
  3. Ustadz perusak keyakinan, dan sangat naif ucapannya sangat tidak bisa dibenarkan. Cenderung mengacaukan fakta dan membuat awam kebingungan pegangan. Saya lebih percaya kepada para ulama dan para kyai sebagai pewaris ilmunya nabi. Daripada ustadz seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Innalloha wamalaikatahu yu sollunaalan nabi ya ayyuhalladi naamanu wasalimutas lima..ALLAH SWT aja bersolawat atas nabi ..kok anda melarang dan menyesat kan ulama2 yg maulid nabi dan berswolawat dan anda sesatkan ...kalau masih dangkal ilmu mu jgn berdakwah..ini ciri wahhabi penyesat umat...anda mengira ulama2 di jawa sesat ..sejatinya anda sendiri yg tersesat oleh nafsu kebencian terhadap org 2 yg memulyakan nabi MUHHAMMAD SAW... CAMKAN ITU

      Hapus
  4. kasian banged yang komen malah memperlihatkan kebodohannya..kalau memang ga setuju bantah dengan ilmu/ilmiah..jangan pake hawa nafsu/pendapat sendiri.. semoga Alloh memberi Hidayah kepada kita semua..aamiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, barakalahu fiikum, semoga mendapatkan pahala bagi yang menyampaikan kebenaran ini, dan sholawat serta salam kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, allahumma sholli 'ala muhammad wa 'ala aali Muhammad, semoga umat lainnya yang mencemari Sunnah beliau yang tidak ada contohnya dari para sahabat, mereka yang melakukan bid'ah mendapat Hidayah Allah SWT dan kembali pada akidah yang lurus. Amin

      Hapus
  5. Kita buktikan saja nanti di akhirat mana yang benar mana yang salah...

    BalasHapus
  6. Kita buktikan saja nanti di akhirat mana yang benar mana yang salah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. keren bung, itu yg d tunggu para ulama,rindu akhirat untuk kebenaran

      Hapus
  7. Kalo ada yang ga sepaham, coba disampaikan juga pertentangannya dimana, di diskusikan lebih baik, kadang Maulidnya dirayain, tapi Sunnahnya diabaikan... Cintamu hanya dimulut saja...

    Kalau Cinta Rasul, jalankan Sunnahnya, kenapa harus diada-adakan sesuatu yang tidak diajarkan Rasul, toh semua sudah komplit mengapa harus dipersulit dengan perayaan2 seperti kaum Yahudi...

    Perayaan Umat Islam cukup 2, Idul Fitri dan Idul Adha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan sombong...

      Yang ributin maulid kan cuma orang2 belakangan saja, lebih dari 1000 tahun para Ulama, para Imam nggak ada yang larang.

      Yang suka maulid juga bilang hari raya 2 mas, Idul Fitri dan Idhul Adha...

      Hapus
  8. Kebenaran tidak usah diperdebatkan, karena agama kita adalah berdasarkan dalil, jika tidak ada dalil maka sebaiknya ditinggalkan jika ada pertentangan sebaiknya kembali ke al quran dan assunah

    BalasHapus
  9. Kebenaran tidak usah diperdebatkan, karena agama kita adalah berdasarkan dalil, jika tidak ada dalil maka sebaiknya ditinggalkan jika ada pertentangan sebaiknya kembali ke al quran dan assunah

    BalasHapus
  10. maaf tad

    saya lbih percaya sama para kiyai yg lbih jauh prngalaman nya...daripda para ustad yg suka gembar gembor di mimbar.intrt.tv dll.

    sya ingt ada seorang kiyai meninggal dalm 26 tahun jasad nya utuh bau harum di tanggerang.. pdahl beliu pecinta maulidan.tahlil.yasinan.dzikir.rebana..trnyata yg para ustad amalan itu bid'ah.. Allah memuliakan jadad kiyai yg melakoni amalan trsbt..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sy suka anda....wiridan bagus karena doa isinya...ziarah kubur mengingat akan mati..tawassul hadiah buat yg udah meninggal..maulidan bukti cinta muhammad saw...haulan..jg mengingat akan kematian...mencintai ulama yg udh wafat membuat kita ikut jejaknya...pak...udah lah...jgn di ladenin statemen yg memecah belah akidah...yg penting semakin beramallah kita bila merasa muslim yg terbaik...jgn menjadi ahli debat yg hanya menimbulkan perpecahan...pdhal kita mash belum mumpuni ilmu nya...hidup muslim...hidup persaudaraan...

      Hapus
  11. coba tad diskusi bareng sama para kiyai.habib.. .biar yakin mana yg bnr dn yg salah.. soalnya sering nya saya lihat istad ustad wahabi jika diskusi bareng sma kiyai.habib.
    gk pda bisa jawab..ketika para kiyai mentakwilkan bnyak nya dalil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. I like....say no to wahabi...say yes to persatuan sesama muslim....jauhkan umat dari debat...belajar lebih byk lg buat yg suka menuduh bidah....bila anda udah bener...jalanin ...jgn. dibesarkan...klo ente merasa terbaik...tuh byk yg non muslim yg msh perlu di selamatkan...jgn memecah persaudaraan muslim

      Hapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. saya setuju dengan pandapat akun Dg nm Butiran Tasbih cb ustad berdiskusi dg para habaib(yg silsilahnya msh nyambung dg rasululloh dan para kiyai)ya it klo benar2 ingin menemukan keputusan boleh/tdk maulid.... kecuali klo ustad hany menggunakan pemikiran kecerdasan saja mhn gunakan hati jg.... terima ksih... mhn maaf klo pendapt saya meninggung anda

    BalasHapus
  14. Sejarah maulidnya berbeda dengan yang suka mengadakan maulid.

    menghukumi jangan pakai asumsi, menggambarkan maulidnya saja sudah salah kok bisa2nya menghukumi.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad

    BalasHapus
  15. Rasullulah saw bersabda 'Islam akn bangkit dari timur' pengakuan ini terbukti ribuan para alim ulama, org soleh, kiyai2, malah guru murshid terlahir di nusantara ini... kia tak punya unta, tak makan roti arab api rahmat Allah swt ditebarkan keseluruh alam ini, jadi apa pun pegangan dan akidah baru yg di bawa, salafi wahabi, harus kita waspadai.
    Jgn terpancing dengan hujah, menghujat dan celaan mereka, seperti:
    Mana dalilnya? Mana Rasul ada buat? Klo baik kenapa rasullulah tak buat? Ni tak de dlm quran dan hadis? Ni cara Hindu Kristen? Mana boleh ikut nenek moyang?
    ikut quran dan hadis, awas bidaah dan shirik !!!
    bangsa lain terus maju dan bersatu, kita msh berhentam dgn isu2 lama dan remeh, yg tak selesai, jdi waspadalah.

    BalasHapus
  16. Sesama muslim jgn bertengkar..klo mau debat. Tantang az yg non muslim...klo bisa menang...salute for you...sekali lg sesama muslim bersaudara....hilangkan kata kata bid ah....tugas kita adalah bersatu menjadikan islam indah dan bersatu....pokoke bila merasa muslim...saling berkasih sayanglah kalian..tdk ad yg salah selama ber tuhan allah swt ...dan ber nabi muhammad saw..jgn mudah dipecah belah hanya karena masalah yg tdk ada di rukun islam...bidah atau tidak...islam bersatulah...

    Kalian bersaydara...bermartabat

    BalasHapus
  17. Kafir. Bidah.sirik.tak boleh ziarah.tak boleh wiridan.tak boleh maulid nabi....aneh...ini yg selalu di angkat2 golongan ini...rasulullah tdk ridha umat nya bertengkar...yg penting islam di akui bila mengerjakan rukun nya...bukan mencari debat debat ga karuan. Klo merasa benar buktikan lewat ke indahan...jgn menghasut dan mencela....islam itu indah...bersaudara erat...kuat...saling membantu...klo anda muslim yg baik...buktikan bahwa islam itu satu dan tulus....bukan merasa paling benar...buang kalimat bidah...yg benar benar bukan termasuk rukun islam...hayo belajar yg benar...hargai para wali allah...orang yg dekat dgn rasulullah...hindari berdebat dan merasa paling benar...byk byk berzikir...berprasangka baik...tdk menuduh kafir....kita muslim bersaudara...syahadat nya sama kok....hayo hidup cuman bentaran aza...tunjukin ama anak anak kita bahwa sesama muslim bersaudara erat...oke..oke deh

    BalasHapus
  18. Setuju sodara pujangga...sudah gak jaman debat,,mari kita bersatu cinta damai & rukun.. benar ato salah biar nanti jd hak Allah SWT..

    BalasHapus
  19. Jauhilah Wahabi penyebar perpecahan dan perusak Islam.

    BalasHapus
  20. (Innama bu'itstu liutammima makaarimal akhlaq) Artinya : "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Ahlak budi pekerti yang luhur"

    Logikanya kalo pun memang mereka yg benar, apakah mungkin Rasululloh akan dengan cara seperti itu (membid'ah2kan, mengkafir2kan, dst), pasti akan dgn cara yg jauh lebih baik dan mulia menyampaikan kepada para keluarga dan sahabatnya serta ummatnya...

    makin tinggi ilmu agama nya, bukankah seharusnya ahlaknya akan menjadi lebih baik dan mulia yah... lebih sayang sama saudara muslimnya sendiri dan mahluk ciptaan Alloh Swt lainnya...
    Wallohu A'lam...

    BalasHapus
  21. Saya Ahlul bid'ah wal hasanah, pecinta Mauludan,pecinta sholawatan, pengamal yasin tahlilan ila yaumil qiyamat... ini jalan saya. panjenengan klo punya jalan yg beda dengan saya za silahkan. Hormat menghormati saja ndak usah saling menyalahkan.

    BalasHapus
  22. Jangan salah pilih Musuh...
    Kita sibuk urusan isbal,jari telunjuk atau maulid sampai mengkafir2an sesama muslim..semoga kita semua menjadi hambanya yg Istiqomah.

    BalasHapus
  23. Jangan salah pilih Musuh...
    Kita sibuk urusan isbal,jari telunjuk atau maulid sampai mengkafir2an sesama muslim..semoga kita semua menjadi hambanya yg Istiqomah.

    BalasHapus
  24. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  25. Alkhamdulillah kini saudi arabia sadar ,maulid/hari lahir nabi muhhamad di jadikan hari libur nasional oleh pemerintah arab saudi, kini shalawatan menggema di mekah dan madinah..setelah 90 tahun di larang oleh wahabi/yahudi yg menyamar islam dan menerbitkan buku dan kurikulum sekolah sendiri.dg judul kembali ke alquran dan hadist..tapi versi mereka..wahabi/yhd/nsr/iluminati/freemansion/sparta,produk mereka yaitu cristian snoghorgonye tokoh belanda yg menyamar jadi islam tapi dg tujuan menghancurkan dari dalam, kemal pasha at tarturk,tokoh yhd penghancur kesultanan turki,serta penghancur makam sahabat danbistri nabi muhhammad, ciri wahabi.anti maulid,tawasul,ziarah,anti kumpulan ya sinan.tahlilan.khoul.memperingati hari kematian ortu dan leluhur..pokoknya yg berbau persatuan yg sangat bagus karya ulama asli yg sanadnya tersambung ke rosul di hilangkan semua..dg cara bikin kitab baru dan mengkafirkan kitab ulama terdahulu,termasuk bikin sekolah palsu,sebagai ajang doktrin paham al takfiri.

    BalasHapus
  26. Udah yah Ustadz...ngga usah terlalu mempermasalahkan Maulud Nabi dsb...Kalau saya yah merayakan, sebagai salah satu bentuk kecintaan saya kepada Rasulullah SAW...salah satu lho yah...kalau anda tidak berkenan yah saya tidak memaksa kok, tapi anda juga jangan akhirnya memprovokasi agar "semua" harus menurut apa keyakinan anda...nafsi nafsi ustadz...alias sendiri sendiri aja deh...wong kita tetap sesama muslim kok...Allah nya sama, nabi nya sama, Kitab sucinya sama, Sholat yah menghadap kiblat yang sama. kalau hanya persoalan begini harus merusak persatuan umat, nanti anda lho yang harus bertanggung jawab...Ulama2 sepuh terdahulu ngga pernah itu ada kaya begini beginian...kecuali Sholat wajib dirubah rubah, misal Maghrib jadi 7 rakaat, atau puasa Ramadhan jadi cuma 15 hari, itu anda boleh protes....Kalau sebatas perayaan Maulud nabi, tahlilan, manakiban dsb, saya rasa ngga papa lah...

    BalasHapus
  27. BLOG INI PEMILIKNYA ANTEK SEKTE WAHABI TULEN ....
    karena otak2 mereka sudah dicekoki dengan paham radikal dengan berlindung dalil - dalil versi hawa nafsu mereka (WAHABI)

    BalasHapus
  28. Aku dan seluruh keturunanku berlindung kepada Allah dari doktrin dan faham Wahhabi.

    #GituAjaKoRepot

    BalasHapus
  29. hati - hati dengan ustaz wahabi ....saya ikut yg sanad ilmunya yg jelas saja ...NU atau Muhammadiyah.

    BalasHapus
  30. Ngaku cinta nabi tapi hukumi maulid haram? isi hati wahabiun perlu dipertanyakan..pa lagi aqidah wahabi mengarah ke mujassimah..kaum tekstual..

    BalasHapus
  31. Karena gak sepakat dengan maulid, ya ngambil rujukanya dari yg gak cocok, kalau yg cocok, ya ngambil rujukanya dari yg cocok. Muhammadiyah sendiri juga masih setuju dengan maulidan walaupun konsep pelaksanaanya beda dengan orang NU. Walaupun ada juga ustadz di kalangan Muhammadiyah yg terpapar anti maulid.

    BalasHapus