Senin, 18 Juni 2012

Awas!. Bahaya Tidak Berjilbab dan Berpakaian Ketat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka,’ yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal. Karena itu, mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua macam penghuni neraka yang belum pernah kulihat sebelumnya. Orang-orang yang membawa cemeti serupa ekor sapi yang dengan itu, mereka memukuli manusia. Dan para wanita yang berpakaian namun telanjang. Mereka berjalan sambil bergoyang dan berlenggak-lenggok. Kepala mereka ibarat punuk unta yang miring. Para wanita ini tidak akan masuk surga dan tidak akan menghirup aromanya. Padahal sesungguhnya aromanya tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Mukhtashar Shahih Muslim no. 1388)
Ibnu Abdil Barr berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa para wanita yang mengenakan busana tipis lagi transparan dan tidak menutup auratnya, maka secara lahir mereka berpakaian namun pada hakikatnya mereka telanjang.”
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dimana sebagian besar wanita di negeri ini berkeliaran di jalan-jalan tanpa menutup aurat mereka. Mereka keluar dari rumah-rumahnya dengan pakaian yang sebenarnya tidak layak disebut sebagai pakaian. Pakaian memiliki fungsi untuk menutup aurat, melindungi tubuh manusia dari kondisi lingkungan dan cuaca disekitarnya. Ia melindungi tubuh manusia dari kondisi lingkungan yang berdebu, lembab, atau kering. Pakaian juga melindungi tubuh dari cuaca yang senantiasa berubah panas ataupun dingin. Pakaian adalah kulit kedua manusia.

Namun sangat disayangkan, fungsi pakaian sudah banyak berubah. Pakaian sudah tidak lagi memenuhi fungsi sebagai kulit kedua tubuh manusia. Ia kini lebih berperan sebagai penghias dan aksesoris tubuh manusia. Bahkan tidak jarang banyak wanita yang bangga berperilaku menyerupai kera atau sapi, tidak berpakaian (misal: di film, website, atau tabloid). Mereka menganggap bahwa pakaian ketat nan seksi identik dengan modern. Tentu pemikiran tersebut salah besar. Modern identik dengan kemajuan cara berpikir ilmiah dalam ilmu pengetahuan. Dalam banyak penelitian dibidang kedokteran, pakaian ketat ternyata menyebabkan banyak gangguan kesehatan. Jika para wanita (yang berpakaian ketat) itu sedikit merenung dan berpikir ilmiah, tentu mereka seharusnya segera meninggalkan kebiasaan tersebut (berpakaian ketat). Namun jika mereka tetap berkeyakinan bahwa pakaian ketat adalah modis, trend, dan modern, maka otak mereka telah terkena penyakit akut yang bernama kebodohan. Tentu akal yang sehat hanya akan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan meninggalkan yang berbahaya bagi dirinya. Maka tanyakanlah, apa manfaat (dari tinjuan syar’i) berpakaian ketat?
Hip Style
Di antara pakaian yang sedang digandrungi pemudi saat ini adalah celana dengan model hip style. Sesuai namanya, hip dalam bahasa Inggris berarti pinggul. Hip style ditandai dengan celana panjang ketat yang tak sepanjang biasanya. Jika celana panjang normal menempel di pinggang, maka model hipster disangkutkan di pinggul. Kalau dipadukan dengan kaus pendek ketat, pemakainya jelas terlihat lebih seksi.
Bahaya Pakaian Ketat
Paresthesia
Dr. Malvinder Parmar dari Timmins & District Hospital, Ontario, Kanada, baru-baru ini menyatakan bahwa celana ketat sepinggul berpeluang menimbulkan penyakit paresthesia. Istilah paresthesia sendiri, menurut Kamus Kedokteran Dorland, berarti perasaan sakit atau abnormal seperti kesemutan, rasa panas seperti terbakar dan sejenisnya.
Dalam tulisannya di Canadian Medical Association Journal, Parmar mengakui, setahun terakhir ini kedatangan cukup banyak pasien yang bisa dikategorikan sebagai korban paresthesia. Dia sudah mengobati sedikitnya tiga wanita berusia 22 – 35 tahun yang mengeluhkan rasa panas dan gatal di sekitar paha. Gangguan saraf ringan itu terjadi lantaran mereka suka sekali memakai celana ketat sebatas pinggul, setidaknya dalam enam bulan terakhir.
Hasil penelitian Parmar menunjukkan, kelainan itu menjadi permanen selama celana ketat sepinggul melilit di tubuh. Itu sebabnya Parmar menyarankan menjauhi segala macam pakaian ketat selama terapi.
Menurut dr. Andradi Suryamiharia Sp.S(K), spesialis saraf yang sehari-harinya bertugas di RSUPN Cipto Mangun Kusumo, Jakarta dan staf pengajar FK-UI itu, sebagai gangguan saraf, paresthesia gampang dikenali gejalanya berupa kesemutan yang lama-kelamaan berubah menjadi mati rasa. Kesemutan terjadi lantaran terganggunya saraf tepi, yakni saraf yang berada di luar jaringan otak di sekujur tubuh. Umumnya karena tertekan, infeksi, maupun gangguan metabolisme.
Ancaman Jamur
Menurut dr. Kusmarinah Bramono Sp.KK, spesialis kulit dan kelamin RSCM, pada dasamya semua jenis pakaian ketat berpotensi menimbulkan tiga macam gangguan kulit baik itu sebatas pinggul maupun di atas pinggul.
Hal itu disebabkan masalah kelembaban yang memungkinkan jamur subur berkembang biak. Belakangan ini, pasien korban jamur yang berobat ke Klinik Kulit dan Kelamin RSCM meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2002, sekitar 35% pasien terbukti kena serangan jamur. Usia mereka berkisar 15 – 45 tahun. Meski tak semuanya berhubungan dengan kebiasaan berbusana, tetapi kecenderungan meningkatnya jamur sebagai sumber penyakit kulit mesti diwaspadai.
Idealnya, di negara tropis seperti Indonesia, pakaian ketat atau terlalu tebal memang harus dihindari. Kulit menjadi kekurangan ruang untuk “bernapas”, sementara cairan yang keluar dari dari tubuh cukup banyak. Akibatnya, permukaan kulit menjadi lembab. Jika tak diimbangi busana yang tepat, jamur akan lebih mudah beranak pinak. Jenis jamur yang banyak ditemui adalah jamur panu (bercak putih, cokelat, atau kemerahan), jamur kurap dengan bintik menonjol gatal, serta jamur kandida yang basah dan gatal.
Berbekas Hitam
Sesuai namanya, gejala gatal dan beruntusan yang menjadi trade mark sang dermatitis hanya muncul bila terjadi gesekan antara kulit dengan benda dari luar tubuh.
Benda asing yang berpotensi gesek tinggi tidak hanya benda keras, semisal: perhiasan, jam tangan, atau ikat pinggang. Busana sehari-hari, jika terlalu ketat menempel di tubuh, atau terbuat dan bahan berkontur kasar juga dapat memicu luka.
“Celana ketat terutama berpengaruh pada kondisi kulit di sela-sela paha. Awalnya mungkin cuma radang ringan. Tapi, kalau prosesnya berlangsung lama, bisa menimbulkan bercak hitam di pangkal paha,” kata Kusmarinah Bramono. Jika si pemilik tubuh insaf dan menjauhkan diri dari busana ketat, warna hitam tadi mungkin saja berkurang atau hilang sama sekali. Namun, Kusmarinah mengingatkan, proses menghilangkan noda hitam itu tak bisa dilakukan secepat membalik telapak tangan.
Jenis penyakit kulit lain yang biasa menghinggapi pemakai celana ketat adalah biduran atau kaligata. Bentuknya bentol-bentol minip bekas gigitan ulat bulu. Tingkat keparahannya mulai bentol sebesar biji jagung hingga bibir bengkak.
Biduran bisa muncul di bagian tubuh mana pun. Berdasarkan pengamatan Kusmarinah, banyak pasien tidak menyadari, biduran dapat juga disebabkan oleh tekanan serta ketatnya pakaian. (http://surauinyiak.wordpress.com/2008/08/14/118/)
Kanker Ganas Melanoma
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasanya perempuan berpakaian tetapi ketat atau transparan, maka ia berpotensi mengalami berbagai penyakit kanker ganas melanoma di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas melanoma yang masih berusia dini akan semakin bertambah dan menyebar sampai ke kaki.
Penyakit ini disebabkan sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur tubuh yang berpakaian ketat atau berpakaian pantai (yang biasa dipakai wanita ketika di pantai dan berjemur di sana). Penyakit ini mengenai seluruh tubuh dengan kadar yang berbeda-beda. Tanda-tanda penyakit ini muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan biasanya di daerah sekitar mata, kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, lalu menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada. Juga bagian perut karena adanya dua ginjal yang menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Penyakit ini juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama. Obat-obatan belum bisa mengobati kanker ganas ini. (http://sastrosuwiryo.wordpress.com/kisah/)
Kemandulan
Pakaian ketat dapat menyebabkan kemandulan pada wanita. Pada cuaca yang sangat dingin, pakaian ketat tidak berfungsi menjaga suhu tubuh dari serangan hawa dingin. Suhu yang terlalu dingin jelas dapat membahayakan kondisi rahim (Al-Istanbuli, 2006).
Demikianlah bahaya dari pakaian ketat dilihat dari sisi medis. Tentu lebih banyak lagi bahaya yang timbul akibat wanita berpakaian ketat jika dilihat dari sisi Dien, psikologi, dan sosial. Namun yang sedikit ini semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Itulah orang-orang yang tidak menegakkan hukum Allah Ta’ala dalam kehidupannya, maka ia akan menerima azab dan siksa baik di dunia maupun di akhirat (na’udzubillah min dzalik).
Sumber: http://www.masjid.its.ac.id/?p=894

Tidak ada komentar:

Posting Komentar